Monday, March 26, 2007

Filosofi-filosofi itu milik bangsaku

Ada filosofi-filosofi jawa yang mungkin sudah sering kita dengar dan saat ini sangat dilecehkan sebagian bangsa kita, padahal filosofi-filosofi itu di nasehatkan oleh para pendahulu kita melalui mengalaman pahit mereka agar bisa menjadi petuah anak cucu agar bisa hidup tenang, tentram dan selamat dunia akherat.

1. Alon-alon waton klakon
2. Nrimo ing pandum
3. saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo
4. Mangan ora mangan sing penting ngumpul
5. Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.


1. Alon-alon waton klakon
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety . Orang dahulu sudah mengisyaratkan arti penting filosofi ini, tapi banyak orang melecehkan bahkan menganggap sebagai sifat malas orang jawa. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety. Di dunia modern masalah safety menjadi bagian terpenting untuk keberhasilan suatu pekerjaan karena didalamnya ada aturan-aturan yang menginstrusikan menghindari resiko-resiko yang akan terjadi.

2. Nrimo ing pandum
Sudah berapa sering terdengar orang melecehkan filosofi ini. Biasanya orang hanya mengenal bahwa orang jawa itu hanya bersikap 'Nrimo" saja. Sifat pasrah dan mau dijajah oleh penguasa. Padahal bukan hanya berhenti sampai di kata "Nrimo" saja. Tapi lebih dari kata itu adalah 'Nrimo ing Pandum' atau Menerima kepada hasil pembagian. Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan. Biasanya orang yang memegang teguh filosofi ini dia akan ringan dalam bekerja dan yang terpenting adalah dipercaya oleh orang lain. Nah kepercayaan adalah hal terpenting dalam dunia usaha. Bukan tidak mungkin kesuksesan selalu diterimanya oleh pemegang filosofi ini.

3. Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.

Orang indonesia cenderung mengikuti mode, tren atau budaya yang sebenarnya belum saatnya kita peroleh atau bahkan memang sangat tidak cocok dengan jiwa bangsa kita. Kecenderungan mengikuti mengikuti tren itulah yang membuat lupa akan bahaya yang mengancam. Hanya orang yang ingat kepada Allah (disini saja juga tidak cukup) dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan. Pada filosofi ini kata 'sing bejo sing eling lan waspodo' sering tidak terdengar lagi.
'Sekarang jaman gila kalau tidak ikut gila maka tidak kebagian, hanya orang ingat (kepada Tuhan) dan waspada (bahaya) yang menerima keberuntungan'. itulah arti dari filosofi diatas.

4. Mangan ora mangan sing penting ngumpul'

'Makan tidak makan yang penting kumpul'. Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera.'Mangan ora mangan' melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yg tdk dapat apa-apa tetap legowo. 'Sing penting ngumpul' melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.
Saya pikir Filosofi 'Mangan ora mangan sing penting kumpul' adalah
filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa
Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.

5. Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.

Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'.
Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.

Filosofi inilah yang membuat masyarakat suku jawa tersebar ke seluruh penjuru tanah air dan disayangi oleh suku lain.


"wis ayo poro konco golek dalan sing lurus (sirotol mustaqim) sing istiqomah lan sabar pokok-e sing alon2 waton klakon ojo grusa-grusu, sing nrimo ing pandum kudu sing iklas karo gegawean sing wis dilakoni, mangan ora mangan sing penting ngumpul ayo ojo podo cengkrah, kudu sing ngati-ati ojo melu-melu jaman edan nek ora edan ora komanan, yo kudu sing eling karo Gusti Alloh lan kudu waspodo mbek perkoro sing iso marai sengsoro koyoto korupsi."